Sabtu, 05 November 2011

Panggul Lemah Dan Prostat Membesar

Orang Dewasa Pun Bisa Ngompol


Mengompol atau inkontinensia urin ternyata tidak hanya diderita anak-anak, tapi bisa juga diderita orang dewasa. Kalau tidak segera ditangani, penderitanya cemas karena berbau pesing.

Sekalipun tidak mengancam jiwa, gangguan ini bisa jadi beban bagi penderitanya. Mengompol atau istilah medisnya inkontinensia urin bisa menurunkan kualitas hidup penderita. Inkontinensia urin adalah pengeluaran urin di saat yang tidak kita inginkan dan sulit dikendalikan.

“Inkontinensia bisa membuat penderita nyeri, malu, frustasi, depresi, putus asa, kurang percaya diri atau minder, rasa cemas, kurang tidur, dan gangguan kehidupan seksual,” kata Dr. dr. Nur Rasyid, SpU di media edukasi dengan tema ‘Lakukan Tindakan Tepat untuk Mengatasi Inkontinensia’, di Jakarta, Senin (3/10).

Ada beberapa penyebab terjadinya gangguan ini. Misalnya, otot kandung kemih berkontraksi secara involunter atau jaringan panggul terlalu lemah untuk menahan tekanan dalam kandung kemih.

Dr. dr. Nur Rasyid menjelaskan, salah satu cara untuk mengetahui jenis dan penyebab inkontinensia urin pada penderitanya adalah dokter bisa melakukan beberapa pemeriksaan urin.

Langkah awal adalah menanyakan keluhan pasien, pemeriksaan fisik, diari berkemih, pemeriksaan uroflowmetri dan urodinamik. Pemeriksaan urodinamik dapat memberikan informasi tentang jenis dan penyebab inkontinensia.

Selain itu, lanjutnya, urodinamik juga berfungsi untuk memprediksi hasil akhir terapi, memastikan efek intervensi dan untuk mengetahui alasan kegagalan terapi terdahulu bila ada.

Menurut Rasyid, inkontinensia urin dapat terjadi pada pria dan wanita, meskipun prevalensinya dua kali lebih banyak dialami wanita. Jenisnya sendiri ada beberapa macam, di antaranya stres inkontinensia, di mana air seni keluar saat aktivitas fisik seperti batuk, bersin, mengedan, tertawa, dan olahraga.

Ada juga tipe urge. Urin keluar secara tidak terkontrol setelah didahului dorongan yang kuat untuk berkemih pada siang dan malam hari. Bisa juga karena overflow, akibat pembesaran prostat atau kelemahan otot-otot kandung kemih.

Jenis lain adalah inkontinensia campuran, yaitu gabungan antara tipe stres dan urge. ”Jenis inkontinensia yang bermacam-macam ini memerlukan prosedur diagnostik yang akurat karena dibutuhkan diagnosis inkontinensia yang tepat untuk menentukan terapi yang tepat pula,” tandasnya.

Dr Chaidir Mochtar PhD SpU dari Departemen Urologi FKUI-RSCM menjelaskan, pada pria terdapat beberapa penyebab inkontinensia urin. Salah satunya adalah komplikasi dari pembesaran prostat jinak atau benign prostatic hyperplasia (BPH) yang menyebabkan dinding kandung kemih menjadi lebih sensitif.

Pembesaran kelenjar prostat bisa menyebabkan pembesaran otot kandung kemih disertai pembentukan jaringan ikat yang menyebabkan fungsi kontraksi otot kandung kemih tidak stabil.

Gejala yang ditimbulkan gangguan ini berupa sulit buang air kecil. Apabila urine tidak segera dikeluarkan, maka akan menumpuk di kandung kemih dan menjadi sarang perkembangbiakan bakteri yang berakhir pada radang atau infeksi kandung kemih, radang atau infeksi prostat, dan bisa membentuk batu dalam kandung kemih.

Untuk membedakannya, lanjut dia, dapat dilakukan pemeriksaan urodinamik. Pemeriksaan canggih ini, karena prosesnya dikendalikan oleh komputer, dapat memperlihatkan apakah seorang pria tersebut mengalami gangguan berkemih akibat BPH.

Sementara pada wanita, dr Harrina E Rahardjo SpU PhD dari Departemen Urologi FKUI-RSCM mengemukakan, inkontinensia urine dapat terjadi karena otot-otot dasar panggul melemah yang dapat disebabkan proses penuaan (aging), perubahan kadar hormon saat menopause, kegemukan, riwayat persalinan cara normal dengan berat badan lahir bayi yang besar, dan operasi daerah panggul seperti pengangkatan rahim.

Hal-hal tersebut dapat menyebabkan inkontinensia tipe stres. Jenis inkontinensia yang lain dapat disebabkan kontraksi yang berlebihan pada otot kandung kemih (inkontinensia tipe urge/OAB).

”Ini menimbulkan sensasi untuk buang air kecil yang sulit ditahan sehingga sering air kencing sudah keluar sebelum sampai ke kamar mandi dan disertai keluhan lain, seperti sering kencing di siang dan malam hari pada penderitanya,” ujarnya. CHA




Wanita Lebih Rentan Kena Inkontinensia


Inkontinensia urin dapat terjadi pada pria dan wanita. Namun, prevalensi pada wanita dua kali lebih sering dibanding pria. Berdasarkan data dari International Continence Society diperkirakan sekitar 250 juta orang wanita dan 98 juta pria di seluruh dunia menderita inkontinensia.

Pada wanita, inkontinensia urin dapat terjadi akibat kelemahan otot-otot dasar panggul yang dapat disebabkan karena proses penuaan (aging), perubahan kadar hormon saat menopause, kegemukan, riwayat persalinan cara normal dengan berat badan lahir bayi yang besar dan operasi-operasi daerah panggul seperti pengenkatan rahim. Hal-hal tersebut dapat menyebabkan inkontinensia tipe stres.

Jenis inkontinensia jenis lain dapat disebabkan karena kontraksi yang berlebihan pada otot kandung kemih (inkontinensia tipe urge/OAB). Hal ini menimbulkan sensasi untuk buang air kecil yang sulit ditahan.

"Air kencing sudah keluar sebelum sampai ke kamar mandi, dan disertai keluhan seperti sering kencing di siang dan malam hari,” kata dr. Harrina E. Rahardjo, SpU, PhD. Hal senada juga disampaikan Dr. Arry Rodjani, SpU. Ia mengatakan, inkotinensia sebenarnya bisa diatasi. Namun, kebanyakan orang menganggap sepele hal ini.

Umumnya, kata dia, yang tidak mencari bantuan medis adalah masyarakat yang tinggal di daerah rural (pedesaan) dengan tingkat sosial ekonomi, pendapatan dan pendidikan rendah, sehingga mengompol pada orangtua hanya dianggap biasa. Tapi, bagi orang dengan sosial ekonomi tinggi, mengompol itu sangat menggangu karena menimbulkan bau dan pesing.

Pada banyak kasus, kemampuan mengendalikan kandung kemih bahkan bisa ditingkatkan dengan mengobati penyebabnya atau mengubah kebiasaan sehari-hari. Umumnya, dokter akan menganjurkan latihan khusus.

Dr. Arry Rodjani, SpU menjelaskan, bila sudah melakukan terapi tapi masih mengompol, ada beberapa macam penanganan pada inkontinensia yang dapat dilakukan.

Terapinya dapat berupa obat-obatan (medikamentosa) atau terapi pembedahan (operasi). Tindakan operasi untuk Inkontinensia urin biasanya hanya dilakukan jika pengobatan yang lebih konservatif tidak membantu.

Prosedur operasi untuk stres inkontinensia umumnya berupa sling atau suspensi. Kedua prosedur ini pada prinsipnya adalah menyangga kantong kemih agar tidak turun akibat lemahnya otot-otot dasar panggul.

Tindakan ini sudah umum dilakukan dengan hasil yang baik. Ada juga tindakan pembedahan yang memang harus dilakukan untuk memperbaiki kelainan yang ada seperti pada kasus-kasus kebocoran kantong kemih ke dinding vagina akibat komplikasi dari trauma persalinan, trauma panggul, komplikasi akibat radiasi pada tumor kandungan atau faktor penyebab lainnya.

“Tidak hanya terjadi pada orang dewasa, inkontinensia dapat terjadi juga pada anak, gangguan inkontinensia pada anak disebabkan oleh faktor genetik. Apabila orangtua memiliki riwayat mengompol, maka 77 persen kemungkinan anak mengalami hal yang sama,” kata Dr. Arry Rodjani, SpU. CHA


Side Bar

Alena : Pernah Kebelet Saat Hamil



Masalah buang air kecil di saat yang tidak diinginkan bahkan hingga mengompol bisa menyiksa siapa saja. Tak terkecuali, penyanyi pop berwajah oriental ini, Alena.

Artis ini mengaku, pernah mengalami kebelet pipis yang tidak tertahankan saat hamil enam bulan karena dipicu banyak minum air putih dan tendangan si jabang bayi di dalam perut.

“Ya, pasti sangat mengganggu. Aku baru sekali mengalaminya dan gejalanya disebabkan terlalu banyak minum plus ditendang-tendang sama dedek bayi. Kalau sampai inkontinensia jangan deh. Heh-heh-heh...,” canda Alena saat dihubungi, kemarin.

Sekalipun tidak memiliki riwayat inkontinensia urin di keluarganya, ia dan keluarga selalu menjalani pola hidup sehat. Misalnya, serapan pagi mengkonsumsi buah segar, tidur cukup 7-8 jam sehari, tidak merokok, tidak minum alkohol, dan menjauhi makanan yang mengandung bahan kimia.

“Menjaga kesehatan itu nomor satu. Di rumah, selalu tersedia nasi merah, buah-buahan, sayur-mayur, dan jarang banget makan daging merah. Umumnya, mengkonsumsi ikan, tahu, dan tempe,” ucapnya.

Bagi masyarakat awam, kata inkontinensia urin mungkin banyak yang belum tahu. Karena itu, perempuan yang bernama lengkap Caroline Gunawan ini menyarankan, perlu adanya pengetahuan masyarakat mengenai inkontinensia urin. Pasalnya, kondisi kebelet pipis di saat yang tidak kita inginkan ini biasanya sering dianggap sepele.

“Perlu adanya sosialisasi mengenai penyakit ini. Aku saja enggak pernah denger istilah ini. Tapi, sering denger definisi penyakitnya,” tutup perempuan yang pernah mendapat nominasi MNC Lifestyle Awards karena kegiatan sosialnya. CHA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar