Kamis, 22 Januari 2009

Gerakan Antisitus Porno

** Tulisan ini dimuat di salah satu surat kabar nasional (20 April 2008) ** –Maaf baru di posting–
                                           

                                         Gerakan Antisitus Porno

Jakarta, 14 April 2008
Bukan hanya program Internet Sehat saja yang peduli dengan mekarnya perkembangan internet yang dengan mudah menyebarkan situs-situs amoral –porno- kepada pengguna internet.

Kantor pusatnya berada di Yogyakarta adalah suatu gerakan yang kontra terhadap video-video porno, perilaku seks remaja serta industri-industri pornografi yang licin bertransaksi, bukan hanya di luar negeri saja tapi sudah menjadi puncak keprihatinan negara Indonesia karena merupakan hal kecil untuk menyebarkan video porno maupun gambar-gambar porno pada sasarannya.

Gerakan itu bernama ’Jangan Bugil di Depan Kamera’ (JBDK) adalah sebuah gerakan yang digawangi Sony Setyawan dan teman-teman TVLab Communications.
Sony mengatakan, sebagai real fakta, Indonesia berada pada peringkat ketujuh tertinggi pencari material pornografi dengan kata kunci ’sex’ setelah Pakistan, India, Egypt, Turkey, Algeria, (Indonesia), Vietnam, Iran, Kroasia. Waow.. fantastis bukan?

Sony, aktivis antipornografi mengaku akan terus optimis terhadap gerakan JBDK 10 tahun ke depan dari sekarang yaitu hingga tahun 2017 dan akan mengumumkan hasil gerakan ini, apakah berhasil melawan kegilaan pornografi atau gerakan JBDK tergerus oleh zaman. ”Ya.. siapa tahu sepuluh tahun mendatang kiamat,” kata penulis skenario dan sutradara program televisi ini melalui via telepon.

Lebih lanjut Sony menjelaskan, bisnis materi pornografi ’berkembang biak’ dengan cepat melalui media internet tidak seperti media tradisional yang menggunakan bahan cetak (print media), VCD/DVD, atau berbegai macam produk 3 dimensi yang lain, internet dapat digunakan sebagia alat distribusi, alat promosi, dan alat penentu kebijakan strategis dalam berbisnis secara virtual.

Internet sebagai alat distribusi maksudnya, berbagai materi gambar, film, dan suara yang dihasilkan oleh industri pornografi kini bisa dikonversi menjadi file-file data yang dapat dikirim melalui internet. Kedua, internet sebagai alat promosi yaitu, dengan harga yang sangat murah, seorang pebisnis yang bermain di industri pornografi bisa menjangkau pasar seluruh dunia. Ketiga, internet sebagai alat penentu kebijakan strategis adalah, intenet kini bisa dipakai untuk mengatur perilaku pasar, segmentasi pasar, dan riset terhadap segalahal yang berkaitan dengan pengambilan keputusan.

Ada 25 juta penguna internet di negeri ini. Dan Mei mendatang, jumlahnya diperkirakan lebih melambung tinggi hingga 50 juta orang. Meningkatnya jumlah pengakses internet kerap berbanding lurus dengan membengkaknya pengonsumsi situs porno. Adalah suatu hal yang mudah, dalam hitungan detik melalui search engine, sekitar 4,2 juta situs porno atau 12 persen dari total situs di dunia maya yang meliputi 420 juta halaman web.

Hal ini, kata Sony, adalah sebuah fenomena yang membelalakkan mata (kita), negeri ini bagaikan ’terjebak’ dalam ’demam pornografi’ yang dimanifestasikan menjadi 500 plus video porno buatan lokal.

”Pelakunya adalah anak-anak. Inilah perwujudan dari kegelisahan saya. Banyak juga penyebaran kasus pornografi yang dilakukan para pejabat. Padahal, seharusnya mereka jadi panutan,” ujarnya.

Pornografi sama dengan pemicu fedofilia. Hal ini, tidak hanya masyarakat kelas bawah saja yang terlibat dalam kasus fedofilia, pada tatarannya masyarakat terpelajar dan masyarakat menengah ke atas juga ditemukan banyak kasus serupa. Lebih parah lagi, kata Sony, mereka yang terstimulasi untuk menjadi seorang fedofilia pada awalnya adalah ’orang-orang baik’ yang berubah menjadi ’monster’ setelah kecanduan video pornografi selama bertahun-tahun.

”Untuk itu, bersiaplah masuk ke dalam sebuah labirin wacana sederhana. Tariklah napas dalam-dalam untuk bersabar dan berfikir panjang. Berdoalah agar bisa bergerak bersama kami untuk menghentikan ’kegilaan’ ini,” tutur Sony di akhir jawabannya.(ica)

Data Statistik Pornografi di Internet
Sumber: Sony Set (500+gelombang Video Porno Indonesia)
1.    Statistik berdasarkan hitungan waktu
–   Setiap 39 menit, sebuah film porno dibuat di Amerika Serikat.
–  Setiap detik, uang senilai US$ 3075,64 dihabiskan untuk membeli dan mengoleksi materi pornografi.
–    Setiap detik,  28.358 orang pengguna internet melihat tayangan pornografi (dalam bentuk film dan gambar).
–    Setiap detik, 372 orang pengguna internet mencari materi pornografi lewat situs search engine.
2.    Data statistik industri pornografi yang menggunakan internet pada 2006
–   Jumlah total situs pornografi di internet 4,2 juta situs (12 persen of total website).
–   Jumlah halaman situs bermaterikan pornografi 420 juta halaman.
–   Jumlah materi pornografi yang dicari lewat search engine setiap hari 68 juta pencarian (25 persen dari total pencarian lewat search engine).
–   Jumlah penyebaran materi pornografi melalui e-mail setiap hari 2,5 milyar (8 persen dari total e-mail).
–    Persentase total pengguna internet yang mengakses situs porno dan segala material pornografi di internet 42,7 persen.
–   Jumlah pencarian data ”pornografi dengan objek anak-anak” setiap hari 116.000 pengakses internet per hari.
–   Jumlah situs di internet yang menawarkan materi pornografi dengan objek anak-anak 100.000 situs.
–    Persentase percakapan konotasi seksual yang dilakukan kaum muda di ruang-ruang ngobrol di internet (Chat Romm) 89 persen.
–  Total pengunjung situs pornografi setiap bulan dari berbagai negara 72 juta pengunjung per bulan.
3.    Statistik pornografi anak di internet
–  Rata-rata umur anak termuda yang mengakses situs porno di internet untuk kali pertama 11 tahun.
–   Rata-rata umur pelanggan situs pornografi dengan objek seks anak-anak 35 sampai 49 tahun (dicurigai kaum fedofilia).
–   Persentase anak-anak rentang umur 8 sampai 16 tahun yang mengakses situs porno 90 persen (dilakukan pada saat mengerjakan tugas sekolah atau belajar bersama di rumah). (ica)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar