Rabu, 06 Oktober 2010

Menjaga Vagina dari Keputihan yang Berlebihan

Cairan pada vagina yang ditandai dengan jumlah cairan yang sedang, berwarna bening, tidak bau, dan tidak disertai rasa gatal, merupakan tanda-tanda normal bagi kaum wanita. Jika keluarnya cairan berlebihan pada vagina dengan warna cairan bervariasi , bau, dan terasa gatal, maka Anda perlu waspadai!

Vagina adalah organ intim kewanitaan yang merupakan saluran berbentuk seperti tabung “selongsong” yang menghubungkan vulva (bagian luar sistem reproduksi wanita) ke uterus (rahim). Vagina berfungsi sebagai saluran ekskresi cairan terutama darah haid, sebagai alat untuk melakukan hubungan seksual, dan jalan untuk keluarnya janin dari hasil pembuahan sel telur dengan sperma saat melahirkan. Selain itu, vagina juga dapat mengeluarkan cairan–cairan khas yang merembes keluar sekitar mulut vagina dan itu adalah normal.

Normalnya cairan atau sekret pada vagina diproduksi dalam jumlah yang sedang, berwarna bening, tidak bau, dan tidak disertai rasa gatal. Namun, dalam keadaan tertentu, jumlah cairan ini bisa bertambah atau berkurang seiring dengan naik turunnya kadar hormon estrogen (hormon seks wanita). Pengeluaran cairan yang jumlahnya agak banyak tetapi normal atau yang biasa disebut dengan sekret fisiologis, bisa terjadi karena adanya rangsangan seksual, ovulasi (pelepasan sel telur) atau menjelang menstruasi, dan kehamilan. Peningkatan sekret vagina seperti ini masih dianggap normal selama tidak ada gejala lain yang mengganggu kenyamanan pada daerah kewanitaan tersebut. Jika keluarnya cairan berlebihan pada vagina dengan warna cairan bervariasi, bau, dan terasa gatal, maka Anda perlu waspadai!

Secara alami, vagina memiliki pelindung yang disebut dengan pH (derajat keasaman). Normal pH pada vagina adalah 3,5 – 4,5 pH. Namun pH ini bisa rusak dan menimbulkan berbagai keluhan bila cara merawatnya salah. Terlalu seringnya membersihkan vagina dengan sabun pencuci kewanitaan atau ramuan rempah pewangi, justru dapat merusak pH-nya.

Sebagai wanita, kebersihan vagina perlu dijaga dengan baik. Tidak disarankan untuk menggunakan bahan-bahan yang dapat mengiritasi kulit vagina. Misalnya dengan menggunakan sabun khusus kewanitaan yang berparfum atau vaginal douches (cairan pembersih vagina). “Perlu diingat, bahwa vagina memang memiliki bau khas yang sebenarnya tidak mengganggu sepanjang vagina itu sehat dan tidak ada penyakit,” kata seksolog dari Min Klinik, dr. Ferryal Loetan, ASC & T, SpRM, MKes.

Penyebab.
Menurut dokter dari ahli kebidanan dan kandungan, RSPP Jakarta, dr. Erwinsyah H. Harahap, SpOG, MKes kepada Femme, pekan lalu, keputihan terbagi menjadi dua macam, yaitu fisiologis dan patologis. Fisiologis adalah cairan atau sekret pada vagina yang banyak mengandung epitel dengan leukosit yang jarang. Sedangkan patologis, cairan yang mengandung lebih banyak leukosit. Adapun ciri masing-masing sekret ini berbeda-beda. Pada sekret fisiologis, cairan yang keluar tidak bau, tidak gatal, warnanya bening, putih, dan jumlah cairan yang dikeluarkan tidak berlebihan. Sedangkan sekret patologis, cairan yang keluar bau, vagina terasa gatal, mengalami perubahan warna menjadi putih kekuning-kuningan, putih kehijau-hijauan dan jumlah cairan yang dikeluarkan berlebihan.

Dari kedua jenis keputihan tersebut, tambah dokter spesialis kulit, kelamin, dan kosmetik medik, dr. Tri Wilujeng Prihartini, SpKK, yang menimbulkan masalah dan menyebabkan kelainan adalah sekret patologis. Dimana sekret patologis pada vagina tersebut infeksi yang disebabkan karena kuman, parasit, virus, dan jamur.

Adapun keputihan yang disebabkan oleh jamur, lebih sering dialami adalah jamur jenis Candida Albicans. Candida Albicans adalah flora normal pada vagina. Faktor sehari-hari juga dapat menjadi faktor predisposisi keputihan karena candida seperti pakaian dalam terbuat dari bahan nilon, jeans yang terlalu ketat, tisu toilet yang berparfum, serta penggunaan antibiotika dan obat-obat tertentu.

Selain itu, kata dr. Tri, infeksi tidak terjadi karena jamur, kuman, parasit, dan virus saja tetapi bisa juga disebabkan karena benda asing, gangguan hormonal, kelainan pada alat kelamin, serta kanker pada leher rahim. Iritasi pada vagina biasanya ditandai dengan rasa perih, meradang, merah, terasa gatal, panas, dan bengkak. Hal ini disebabkan karena keringat berlebih, gesekan pada celana yang ketat, garukan kuku, menggunakan sabun yang berlebih, dan cairan pembersih kewanitaan.

Ditambahkan dr. Tri, yang menyebabkan vagina mengeluarkan cairan berlebihan tidak seperti biasanya, seperti bau, warna yang tiba-tiba berubah, gatal, bukan dipicu oleh faktor makanan seperti timun atau nanas melainkan karena pengaruh stres fisik, kelelahan, dan infeksi.

Selain itu, sering bertukar celana dalam atau handuk, seks bebas, sering mandi berendam dengan air hangat, tidak segera mengganti pembalut saat menstruasi, dan tidak menjalani pola hidup yang sehat seperti makan tidak teratur, tidak pernah berolahraga, kurang tidur juga bisa menjadi penyebab keputihan. Biasanya keputihan yang ada pada bibir vagina itu disebabkan karena jamur. “Tapi kebanyakan wanita beranggapan mereka keputihan bukan karena jamur,” terang dr. Tri.

Risiko. Menurut dr. Erwin, bila keputihan yang berlebih tidak segera diobati, bisa mengakibatkan iritasi lokal ringan, dan dalam jangka waktu yang panjang akan menimbulkan penyakit radang panggul serta dapat menyebabkan kemandulan (infertilitas) karena kerusakan dan tersumbatnya saluran sel telur. “Jadi, bila mengalami keputihan tidak seperti biasanya, lebih baik berkonsultasi ke dokter spesialis kulit dan kelamin atau ke dokter spesialis kandungan,” terang dr. Erwin.

Penanganan. Keputihan merupakan masalah higienitas, dan penanganan keputihan tersebut tergantung dari penyebabnya. Biasanya dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengatahui penyebabnya. Cara mencegah keputihan salah satunya dengan menjaga kebersihan vagina, misalnya membersihkan bagian luar vagina dengan air bersih dan air sabun saja, menghindari penggunaan vaginal dounching (cairan pembersih kewanitaan) secara rutin, maupun produk hygiene wanita lain seperti desinfektan, bahan pengering atau pengencang vagina, tidak memakai jeans terlalu ketat, celana dalam bukan dari bahan katun, tisu toilet yang berparfum, bila keputihan banyak yang keluar sebaikya menggunakan panty liner dan tiap 3 jam sekali diganti.

Sementara dr Ferry menambahkan mencuci vagina sebaiknya dilakukan mengarah ke anus. Usai dicuci harus dikeringkan atau mengganti celana dalam yang bersih. Bila tidak, vagina yang basah dan lembab tersebut dapat merangsang tumbuhnya jamur, bakteri, dan kuman,” jelas dr. Ferry. Noprica Handayani

1 komentar:

  1. sy mengalaminya seperti yang di uraikan di atas sudah 5 bulan ,sudah di obati tp tak kunjung reda, cairan terus keluar berlebihan, apa solusinya?

    BalasHapus