Rabu, 06 Oktober 2010

Susah Tidur Bisa Membuat Cepat Tua

Insomnia atau gejala sulit tidur, pasti pernah dialami banyak orang. Seringkali masyarakat berpandangan bahwa sulit tidur diidentikkan dengan insomnia, padahal belum tentu. Insomnia adalah salah satu penyakit gangguan tidur yang dapat menyebabkan penuaan dini. Bagaimana cara mengatasinya?

Tidur adalah suatu keadaan alami, teratur, berulang yang ditandai dengan ketenangan diri dan frekuensi pernapasan yang stabil. Bila kualitas tidur seseorang tidak bisa memenuhi kondisi ini, maka sudah dapat dipastikan jika ia mengalami gangguan tidur. Gangguan tidur biasanya terjadi sebagai gejala awal dari penyakit mental. “Karena pada umumnya, gangguan mental disertai dengan perubahan karakteristik dalam fisiologi tidur,” terang Indrias Ardhani Ardhiana, M.Psi, Psikolog yang praktik di Lanizra Conselling.

Ada 99 klasifikasi jenis gangguan tidur, antara lain insomnia, hypersomnia parasomnia, gangguan nafas, sleep apnea, narkolepsi, sirkedian ritem disorder, dan masih banyak lagi. Namun, jenis gangguan tidur insomnia-lah yang paling sering terjadi dan paling dikenal. Yang perlu diketahui, insomnia adalah salah satu jenis gangguan tidur yang ditandai dengan kesulitan berulang untuk memulai tidur atau mempertahankan tidur.

Insomnia. Menurut dokter spesialis gangguan tidur, dr Andreas Prasadja, RPSGT (Registered Polysomnographic Technologist), insomnia merupakan salah satu bentuk penyakit. Insomnia tidak dipengaruhi oleh faktor umur seperti orang yang sudah lanjut usia atau orang dewasa yang memiliki aktivitas tinggi atapun beban pikiran yang berat, namun dapat dialami oleh segala usia bahkan anak-anak yang berusia tiga tahun. “Mereka yang sudah lanjut usia, memang kebutuhan tidurnya sudah berbeda. Kalau itu wajar saja dan bukan insomnia,” tutur dr Andreas yang ditemui di RS Mitra Kemayoran, Jakarta Pusat.

Selama ini, lanjut dr Andreas, gangguan tidur yang banyak ditemui adalah adjustment insomnia, yaitu mereka yang tidak bisa tidur karena faktor kebiasaan. Misalnya seseorang yang berusaha untuk tidur dengan memejamkan mata dan terus berbaring di tempat tidur. Padahal, ia tidak bisa tidur. Akibatnya, justru semakin gelisah, semakin kesal dan semakin terjaga.

Tanda-Tanda. Beberapa tanda penderita insomnia, antara lain kesulitan untuk memulai atau mempertahankan tidur. Keadaan ini berlangsung sekurang-kurangnya satu bulan. Tanda yang lainnya yaitu kelelahan yang terjadi pada siang hari, sehingga menyebabkan terganggunya aktivitas pekerjaan, sosial atau yang lainnya.

Yang perlu diketahui, insomnia tidak terjadi karena adanya gangguan pernafasan, gangguan mental seperti depresi berat atau gangguan kecemasan umum, dan bukan merupakan efek samping dari penggunaan obat-obatan. “Jadi seseorang dikatakan menderita insomnia jika bukan karena tiga hal tersebut. Itu pun jika sudah terjadi selama satu bulan,” tutur Indrias.

Pemicu dan Penyebab.
Ada banyak faktor pemicu terjadinya insomnia. Mulai dari masalah jam tidur yang di luar kebiasaan atau penyakit tertentu seperti penyakit jantung, stroke, diabetes, dangairah seks yang menurun.

Sementara itu, faktor penyebab terjadinya insomnia yaitu pola hidup yang tidak baik, kebiasaan tidur yang buruk dan pengaruh dari kondisi kesehatan. Misalnya mengonsumsi kafein di sore hari, melakukan olahraga di malam hari, ada bagian tertentu dari organ tubuh yang dikeluhkan, hingga kebiasaan ‘berangkat’ tidur dalam kondisi yang tidak ‘siap’. “Siap yang dimaksudkan, tidak hanya rasa kantuk saja, tapi juga dalam keadaan rileks,” jelas dr Andreas.

Menurut dr Andreas, sebelum tidur hendaknya bersantai dengan melakukan aktivitas yang menyenangkan, namun menenangkan. Misalnya membaca atau sekadar melakukan perawatan kulit. “Ini boleh dilakukan sesekali. Karena jika ini dilakukan terus-menerus malah dapat menyebabkan susah tidur,” papar dr Andreas.
Dampak. Pada orang dewasa, dampak insomnia dapat menurunkan kemampuan kognitif seperti penurunan konsentrasi, gangguan mental, timbulnya penyakit hipertensi, diabetes, dan yang paling berpengaruh adalah tingkat emosional. Dampak lainnya yaitu mempercepat terjadinya penuan dini, dan itu terlihat jelas dari wajah dan kantong mata.

Namun bila insomnia terjadi pada anak – anak, akan berdampak pada kekebalan tubuh. Karena peningkatan sistem daya tahan anak-anak, dapat meningkat secara optimal pada saat anak-anak tidur. “Dicekokin vitamin saja tidak akan berpengaruh pada kekebalan tubuh anak, karena sistem daya tahan tubuh anak meningkat pada saat mereka tidur,” kata dr Andreas.

Penanganan.
Salah satu cara yang bisa dicoba untuk mengatasi insomnia, yaitu dengan menambah jumlah jam tidur, sesekali waktu. “Mungkin awalnya satu hari dalam seminggu. Terus dua hari dalam seminggu. Nanti lama-kelamaan pasti bisa tidur dengan jumlah waktu tidur yang dibiasakan itu,” ujar dr Andreas.

Selain itu, upayakan untuk hidup sehat. Adapun hidup sehat harus memperhatikan tiga faktor, yaitu physical fitness, nutritional balance, sleeping beauty. Physical fitness adalah olah raga. Olahraga yang cukup dapat menjaga kebugaran tubuh. Lakukan olahraga secara rutin minimal dua kali seminggu dengan frekuensi 30-60 menit. “Tidak harus jenis olahraga tertentu kok. Lakukan olahraga jenis apapun, dapat menjaga kebugaran tubuh,” ucap dr Andreas.

Nutritional balance atau keseimbangan nutrisi yaitu menjaga asupan makanan dengan memperhatikan nutrisi yang seimbang agar badan mendapat nutrisi yang cukup. “Misalnya kebutuhan karbohidrat, lemak, protein dan vitamin semua tercukupi dengan asupan makanan. Kalau memang tidak, bisa ditambah dengan suplemen-suplemen tertentu, asal semuanya seimbang,” tegas dr Andreas.
Faktor yang terakhir dan menjadi bagian yang tidak kalah pentingnya yaitu tidur yang sehat. Kategori tidur sehat, memenuhi kebutuhan jam tidur yang cukup serta kualitas tidur yang baik.

Lantas bagaimana dengan obat-obat yang banyak beredar di pasaran, yang ditujukan untuk mempermudah tidur? Berbahayakah? Menurut dr Andreas, obat-obatan yang tersedia bebas di pasaran, tidak dapat mengatasi insomnia. “Memang obat tidur yang banyak beredar dipasaran bisa bikin tidur, tapi waktu bangun tidur, tubuh tidak segar,” ucap dr Andreas. Ini dikarenakan sifat obat tidur, hanya sementara. Noprica Handayani


Tips untuk Mendapatkan Tidur yang Baik dan Sehat
Ada beberapa cara yang perlu diperhatikan agar mendapatkan kebiasaan tidur yang baik dan sehat:
1.Penuhi jam istirahat malam minimal delapan jam per hari.

2.Sembilan jam sebelum tidur, hindari konsumsi kafein. Karena kafein baru hilang dari peredaran darah setelah 9 – 12 jam kemudian. Tentunya hal ini akan mengganggu waktu tidur Anda.

3.Tiga jam sebelum tidur, usahakan Anda sudah selesai melakukan olahraga. Olahraga memang membuat tubuh lelah, tapi justru meningkatkan kadar adrenalin yang menyegarkan otak. Sehingga bukannya menjadi ngantuk, tubuh akan semakin segar.

4.Satu jam sebelum tidur, tinggalkan semua pekerjaan dan biasakan untuk mengistirahatkan tubuh dan pikiran dengan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan namun bersifat santai. Hindari aktivitas yang membuat kita excited.

5.Jika sudah benar-benar mengantuk, sebaiknya segera naik ke tempat tidur. Jangan melakukan kegiatan apa pun di tempat tidur selain tidur dan berhubungan seks.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar